CILILIN — Seorang pasien gawat darurat asal Kampung Bojong Cibodas, Desa Budiharja, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, menjadi sorotan tajam setelah diduga tidak mendapatkan pelayanan medis yang layak di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cililin.
Korban, seorang perempuan bernama Rita, mengalami luka bakar serius akibat kebocoran gas saat hendak memasak pada Senin pagi (tanggal tidak disebut), namun hingga beberapa hari pascakejadian belum mendapatkan perawatan intensif yang seharusnya ia terima.
Menurut penuturan H. Sammy Yusuf, (Bung Sammy) salah satu tokoh masyarakat setempat,yang juga adalah Ketua Umum LAKRI(Lembaga Anti Korupsi Republik Indonesia).,penanganan medis terhadap korban terhambat oleh prosedur rumah sakit yang dinilai terlalu birokratis.
“Seharusnya pasien seperti ini langsung dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas perawatan luka bakar. Tapi yang terjadi, pihak RSUD Cililin justru berbelit-belit dan memberi alasan klasik: kamar penuh,” tegas Bung Sammy.
Pihak keluarga juga menyoroti perbedaan perlakuan terhadap pasien pengguna BPJS.
“Masyarakat pengguna BPJS seperti kami sering dipinggirkan, seolah-olah tidak layak mendapatkan fasilitas maksimal. Ini bentuk diskriminasi sistemik,” lanjut Bung Sammy dengan nada kecewa.
Peristiwa luka bakar tersebut terjadi ketika Rita hendak menyalakan kompor gas di rumahnya. Gas yang telah bocor memicu ledakan kecil saat tersulut api, menyebabkan luka serius di bagian tubuhnya. Hingga saat berita ini diturunkan, korban masih berada dalam kondisi kritis.
Lebih jauh, pihaknya juga mengkritik cara komunikasi tenaga medis yang dianggap arogan dan tidak berempati.
“Pasien datang untuk mencari pertolongan, bukan untuk diintimidasi. Kalau bahasa para tenaga medis tidak manusiawi, ini akan menciptakan trauma bagi masyarakat miskin,” ujar Bung Sammy.
Meskipun pihak rumah sakit disebutkan telah meminta maaf atas sikap tenaga medis yang dianggap kurang etis, masyarakat menilai permintaan maaf itu tidak cukup.
“Yang kami minta bukan hanya minta maaf. Tapi perubahan sistem. Perubahan budaya kerja di rumah sakit. Jangan sampai orang miskin hanya jadi angka dalam sistem layanan publik yang dingin dan tidak peduli,” imbuhnya.
Bung Sammy, juga menegaskan akan memantau perkembangan proses rujuk pasien ke rumah sakit Hasan sadikin bandung dan apa bila senin 30 Juni 2025 Besok Pasien belum juga di rujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung maka “Kita melakukan unjuk rasa bersama-sama masyarakat kita akan meminta pemerintah daerah sampai ke pemerintah pusat untuk mengevaluasi kinerja dari RSUD CILILIN yang sudah di kenal buruk dalam pelayanan dan tindakan medis kepada masyarakat, Terutama masyarakat kurang mampu atau dalam kategori miskin, Tegas nya.”
Salah seorang warga, Asep Sopian menyebut bahwa pasien sudah 6 hari menjalani perawatan di RSUD Cililin, namun hingga kini belum mendapat rujukan ke rumah sakit besar.
“Sejak hari Senin korban belum juga mendapatkan perawatan di rumah sakit rujukan. Padahal kami sudah berharap bisa dipindahkan. Luka bakarnya tidak bisa ditangani di RSUD Cililin karena keterbatasan fasilitas, tapi hingga kini belum ada kepastian kapan mendapat rujukan oidnahy,” kata Asep.
Kasus ini pun menjadi pengingat keras bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat maupun Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk mengevaluasi serius RSUD Cililin sebagai salah satu rumah sakit yang menjadi tumpuan masyarakat pedesaan. Jangan sampai prinsip keadilan layanan kesehatan universal yang dijamin oleh BPJS Kesehatan justru dikerdilkan oleh praktik diskriminatif di lapangan.
Pihak RSUD Cililin belum memberikan keterangan resmi kepada awak media saat berita ini dimuat. Namun sejumlah pihak mendorong agar Ombudsman Republik Indonesia dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) turun tangan mengawasi praktik pelayanan kesehatan di wilayah pedalaman, terutama terhadap masyarakat miskin pengguna BPJS. ***
Red.